BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Hindu-Budha.
Manusia hidup dan berkembang di permukaan bumi karena manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, sehingga melalui akalnya manusia beradaptasi dan mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnhya. Melalui akalnya manusia memiliki hasil karya yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri yang disebut sebagai kebudayaan.Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu ‘’buddhayah’’ atau ‘’buddhi’’yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Saat ini para ahli sepakat mengartikan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku baik secara individu maupun kelompok
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yang menjadi unsur-unsurnya, yaitu: bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata pencaharian hidup, religi, dan kesenian. Masyarakat Indonesia sejak zaman dulu sudah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain melalui aktivitas perdagangan. Dengan interaksi perdagangan tersebut masuk pula berbagai pengaruh, salah satunya pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh-pengaruh tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat Indonesia. Berbicara mengenai kebudayaan Hindu dan Budha, maka pandangan kita tidak terlepas pada peradaban lembah Sungai Indus, India. Wilayah ini sudah sejak dulu telah menjadi tempat lahirnya peradaban. Sekitar 2000 tahun SM, di wilayah india mulai berkembang budaya dan agama hindu. Beberapa waktu kemudian di india lahir pula budaya dan agama budha.Kebudayaan masyarakat india terus mengalami perkembangan dan kemajuan, terutama dalam bidang kesenian, seperti seni pahat dan seni patung. Kuil-kuil yang megah dan indah dibangun pada kota-kota penting di india. Kesusastraan mengalami masa-masa yang cukup gemilang, baik dalam kesusastraan hindu maupun budha. Diantaranya dihasilkan beberapa kitab yang memiliki nilai sastra tinggi yang terkenal, seperti kitab Mahabharata dan Ramayana. Dari india inilah kemudian kebudayaan hindu dan budha menyebar ke berbagai tempat.
1. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Akibat letaknya yang strategis, sejak dulu Indonesia telah menjalin hubungan perdagangan dengan Negara lain, termasuk hubungan dagang dengan India dan Cina. Pulau-pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut di wilayah Indonesia, menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung anatar pulau. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia tidak hanya dalam wilayah sendiri, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah. Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalur melalaui laut antara Romawi dan Cina. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang Cina dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka terjadi hubungan dagang antara Indonesia dan Cina beserta india. Penyiaran agama Budha di Indonesia lebih awal dari agama Hindu. Dalam penyebaran agama budha mengenal adanya misi penyiar agama yang disebut Dharmadhuta. Tersiarnya agama budha di Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan patung budha dari perunggu di jember jawa timur dan Sulawesi selatan, serta patung budha dari batu di Palembang. Sedangkan proses masuknya agama Hindu di Indonesia, dibawa oleh kaum pedagang, baik pedagang india yang datang ke Indonesia maupun pedagang yang berlayar ke india. Terdapat beberapa teori yang berbeda tentang penyebaran agama hindu di Indonesia. Dari teori-teori tersebut hanya Teori Brahmana yang dianggap sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Pendapat atau Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran agama hindu dilakukan oleh kaum Brahmana. Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama hindu. Kaum Brahmana yang datang ke Indonesia inilah yang mengajarkan agama hindu kepada masyarakat Indonesia. Teori ini dibuktikan dengan hal berikut:
1) Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan keagamaan menjadi monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya golongan inilah yang berhak dan mampu menyiarkan agama.
2) Prasasti Indonesia yang pertama berbahasa sanskerta, sedangkan di india sendiri bahasa tersebut hanya digunaka dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana lah yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
2. Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Masuk dan berkembangnya pengaruh hindu-budha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya hindu-budha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini disebut dengan akulturasi, dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi dengan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudyaan hindu-budha, masyarakat Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. Unsur-unsur kebudyaan hindu-budha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli Indonesia.
Karena itu, unsur-unsur kebudayaan hindu-budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing dapat menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa bangsa Indonesia yang disebut dengan istilah local geniut dengan istilah donesia n yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing dapat menambah perbendaharaan kebudama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.ut.ka dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmaus, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Munculnya pengaruh Hindu-Budha (india) di Indonesia sangat besar dan dapat dilihat melalui beberapa hal berikut:
a) Seni Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh hindu-budha di Indonesia pada bangunan candi. Candi hindu maupun budha di Indonesia pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan budaya india. Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Dan mendapat pengaruh dari pengaruh dari hindu-budha sehingga menjadi wujud candi.
b) Seni Rupa/Seni lukis
Unsur seni rupa atau seni lukis india telah masuk ke Indonesia yang dibuktikan dengan ditemukannya patung budha berlanggam Gandara di kota bangun, kutai dan patung budha berlanggam Amarawati di Sikending, Sulawesi selatan.
c) Seni Sastra
Seni sastra india turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa sanskerta besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan timur, sriwijaya, jawa barat, jawa tengah. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa sanskerta dan huruf pallawa.
d) Kalender
Diadopsinya sistem penanggalan atau kalender india di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun saka. Di samping itu juga ditemukan candra sangkala atau konogram. Candra sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa gambar harus dapat diartikan ke dalam bentuk kalimat.
Contoh: Tahun candra sangkala ‘’Sirna Ilang Kertaning Bumi’’
Sirna = Hilang berarti angka 0
Ilang = Hilang berarti angka 0
Kertanin = Berarti 4
Bumi = Berarti 1
maka ‘’Sirna Ilang Kertaning Bumi’’ sama dengan 1400 (tahun saka) dan sama dengan tahun 1478 Masehi.
e) candi. Dan mendapat pengaruh dari pengaruh dario Kepercayaan dan Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Budha telah mengakibatkan terjadinya akulturasi, terutama dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
Tradisi Hindu-Budha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Indonesia dan berpengaruh pada segala sektor kehidupan masyarakatnya, antara lain pada sektor-sektor berikut:
1. Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan dari seorang kepala suku. Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena dianggap memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di india. Dimana seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun-temurun.
2. Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana (kasta yang berhubungan dengan masalah-masalah keagamaan), kasta ksatria (kasta yang berurusan dengan masalah-masalah pemerintahan), kasta wisya (kasta yang berhubungan dengan kaum pedagang dan petani), kasta sudra (kasta yang berhungan dengan orang-orang buangan atau tawanan perang).
3. Ekonomi
Dalam bidang ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha.
4. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terlihat dari hasil-hasil kebudayaan seperti candi, seni sastra, cerita-cerita epos (epos Mahabrata dan Ramayana). Sedang pengaruh lainnya berupa sistem tulisan. Karena itu, pengaruh Hindu-Budha sangat besar peranannya di dalam memperkenalkan sistem tulisan bagi masyarakat Indonesia.
5. Pendidikan dan Pembentukan Jaringan Intelektual
Budaya Hindu-Budha berpengaruh dalam bidang pendidikan dan pembentukan jaringan intelektual. Kaum brahmana yang datang ke Indonesia memberikan pendidikan dan mengajarkan ajaran-ajaran Hindu kepada masyarakat dengan membuka tempat-tempat pendidikan yang disebut pasraman. Pada pasraman-pasraman itulah masyarakat Indonesia mendapatkan berbagai macam pengetahuan. Dengan demikian, muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang telah memiliki pengetahuan tinggi dan menghasilkan karya sastra yang terkrnal hingga kini, seperti:
a. Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dari kerajaan Kediri dengan kerya sastra yang berjudul Bharatayudha.
b. Mpu Kanwa dengan karya sastra Arjuna Wiwaha.
c. Mpu Dharmaja dengan karya sastra Wita Sancaya.
Sedangkan tokoh-tokoh terkemuka pada zaman Majapahit misalnya Mpu Prapanca dengan kitab Negara Kartagama, Mpu Tantular dengan kitab Sutasoma dan Arjuna Wiwaha, dan banyak lagi karya sastra terkenal lainnya.
6. engan kitab Negara Kartagama, Mpu Tantular dengan kitab Sutasoma dan Arjuna Wiwaha, dan banyakTeknologi
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi, baik dimulai dari zaman batu maupun zaman logam. Namun, setelah masuknya kebudayaan Hindu-Budha, penegtahuan dan teknologi yang dimiliki bangsa Indonesia semakin berkembang. Hal ini mengakibatkan terjadinya perpaduan pengetahuan dan teknologi dari india dengan masyarakat Indonesia.
3. Kehidupan Sosial, Politik, Ekonomi, dan Budaya Indonesia Pada Masa Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
1) Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha dalam sistem dan struktur sosial dapat dilihat dari adanya penerapan sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Kasta merupakan sistem pengelompokkan masyarakat melalaui tingkatan-tingkatan kehidupan masyarakatnya dan berlaku secara turun-temurun. Tetapi penggunaan kasta dalam masyarakat Hindu Indonesia dengan masyarakat Hindu india memiliki perbedaan-perbedaan yang sangat mendasar. Misalnya, kasta dalam masyarakat Hindu india digunakan untuk membedakan status sosial antara bangsa Aria dan bangsa Dravida. Sedangkan kasta dalam masyarakat Indonesia digunakan untuk menunjukkan status sosial masyarakatnya.
Pada masyarakat yang memperoleh pengaruh Budha tidak mengenal adanya kasta, tetapi dikenal adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti:
a. Kelompok masyarakat Bhiksu dan Bhiksuni ; kelompok masyarakat ini tinggal di dalam wihara. Mereka telah berhasil meninggalkan kehidupan yang bersifat duniawi. Setiap umat Budha dapat menjadi Bhiksu dan Bhiksuni.
b. Kelompok masyarakat umum ; merupakan kelompok yang masih terpengaruh oleh unsur-unsur kehidupan duniawi. Mereka masih diliputi oleh hawa nafsu dan keserakahan untuk memiliki sesuatu yang dipandang dapat membuat kehidupan lebih layak di mata orang lain. Sistem dan struktur masyarakat Indonesia yang mendapat penngaruh Budha berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha seperti kerajaan Holing, Sriwijaya, dan Syailendra.
2) Struktur Birokrasi Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Berbagai Daerah di Indonesia.
Struktur birokrasi kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di berbagai wilayah Indonesia tidak sama, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan tradisi masyarakatnya. Sebai contoh struktur birokrasi di kerajaan Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan maritime, maka sasaran dalam perluasan wilayah kekuasaan lebih banyak tertuju untuk menguasai daerah lautan, maupun jalur dan pusat-pusat perdagangan yang sangat strategis dalam rangka menambah pendapatan Negara. Dengan demikian, sistem birokrasinya bersifat langsung. Pada struktur birokrasi kerajaan Mataram Hindu dikenal adanya daerah pusat kerajaan dan daerah watak. Daerah pusat kerajaan merupakan istana tempat tinggal raja dan keluarga, kerabat dekat, petinggi kerajaan dan abdi dalem (hamba sahaya). Sedangkan daerah watak merupakan daerah yang dikuasai para rakai atau pamgat yang berkedudukan sebagai pejabat tinggi dan kepala daerah secara turun-temurun. Susunan pemerintahan pada kerajaan Bali, seorang raja dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh suatu badan penasihat raja dan badan-badan yang dibentuk seperti Panglapuan, Somahanda Senapati. Sejak pemerintahan Dharma Udayana badan penasehat raja disebut dengan Pakirakiran I Jro Makabehan yang beranggotakan beberapa orang Senapati dan Pendeta Siwa Budha. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk di kerajaan Majapahit telah memiliki susunan birokrasi pemerintahan yang teratur. Struktur pemerintahan mencerminkan kekuasaan yang bersifat teritorial dan desentralisasi dengan birokrasi yang terperinci. Dibawah Raja Majapahit terdapat sejumlah raja-raja daerah yang merupakn para saudara dan kerabat raja.
3) Sistem Penguasaan Tanah, Pajak, dan Tenaga Kerja Pada Masa Kerajaan Hindu-Budha.
Pada masa berkembangnya kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, apa saja yang ada dalam wilayah kerajaan menjadi milik kerajaan sepenuhnya. Pemberlakuan pajak sudah mulai ada guna membiayai segala keperluan kerajaan. Pajak ditarik dari hasil panen rakyat oleh para pejabat ditingkat daerah untuk diserahkan kepada raja pusat. Di setiap daerah memiliki pembayaran pajak yang berbeda. Misalnya, daerah yang subur dikenakan pajak yang lebih besar dari pada daerah yang tidak subur. Selain hasil bumi, pajak juga diberlakukan pada hasil perdagangan, dan kerajinan.
4) Bukti Arkeologis dari Pengaruh Tradisi Hindu-Budha.
Apabila ditelusuri bukti-bukti arkeologis pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, terdapat berbagai jenis dan bentuk benda-benda hasil budaya masyarakatnya. Bukti-bukti tersebut diantaranya candi, patung, dan lain-lain. Ada perbedaan fungsi dari pengertian candi yang mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Budha. Pembuatan candi pada masa pengaruh Hindu diperuntukkan sebagai makam dari orang-orang terkemuka atau para raja yang wafat. Misalnya, Candi Singosari dan Candi Prambanan. Sedangkan dalam budaya Budha, Candi merupakan tempat pemujaan kepada tuhan yang Maha esa melalui Sang Budha Gautama. Misalnya, Candi Borobudur dan Candi Muara Takus.
5) Kemunduran Tradisi Hindu-Budha di Indonesia.
Perkembangan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia cukup besar, karena dapat mempengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakatnya. Bahkan tidak kurang dari 1000 tahun (400 M-1478 M) yaitu mulai dari perkembangan kerajaan kutai hingga runtuhnya kerajaan majapahit. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, sebagai berikut:
a. Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan kuat.
b. Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi, seperti yang terjadi pada masa kekuasaan Kerajaan Majapahit.
c. Berlangsungnya perang saudara yang melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada Kerajaan Syailendra dan Majapahit.
d. Banyak daerah melepaskan diri karena lemahnya pemerintahan pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah kerajaan yang merdeka dan tidak terikat dengan pusat.
e. Kemunduran ekonomi dan perdagangan, sehingga banyak diambil alih oleh para pedagang melayu dan islam.
f. Tersiarnya agama dan kebudayaan islam yang dengan mudah diterima oleh para adipati di daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan pemerintahan pusat, seperti pada masa kekuasaan Majapahit.
Setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, bukan berarti tradisinya ikut lenyap. Kebudayaan Hindu-Budha masih terus bertahan, bahkan di daerah-daerah yang mendapat pengaruh islam. Misalnya pada masyarakat jawa terdapat upacara membawa sesaji ke sawah atau ke laut sebagai persembahan kepada penguasa laut selatan (Nyi Roro Kidul), dan sebagainya. Kebudayaan Hindu-Budha sampai saat ini masih terus bertahan dalam kehidupan masyarakat bali.
B. Kebudayaan Islam.
Selain melakukan hubungan dagang dengan Cina dan India, masyarakat Indonesia juga melakukan interaksi perdagangan dengan bahasa Arab yang membawa pengaruh islam. Selama berabad-abad islam berkembang di Indonesia, telah banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Banyak munculnya kerajaan yang bercorak islam, merupakan bukti kejayaan peerkembangan islam di Indonesia. Agama islam pertama kali diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berasal dari keturunan suku Quraisy, Arab. Beliau mulai mengajarkan agama islam kepada bangsa Arab Mekkah yang jahiliyah. Bangsa arab sebelum islam, mempunyai adat istiadat penuh takhayul atau penyembah berhala. Mereka juga dipandang memiliki akhlak yang tidak baik seperti berjudi, minum minuman keras, berfoya-foya, mencuri dan merampok suku-suku lain, sehingga menimbulkan perselisihihan dan peperangan antar suku bangsa Arab. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, munculnya para khalifa yang berfungsi menggantikan jabatan Nabi sebagai kepala Negara, hakim, dan panglima perang. Pada zaman kekhalifahan Cordoba, ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam berkembang dengan pesat. Cordoba termasuk pusat kebudayaan penting di samping Baghdad dan Kostantinopel.
1) Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, diperkirakan agama dan kebudayaan islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M, yaitu pada masa kekuasaan kerajaan sriwijaya. Penafsiran para ahli ini diperkuat oleh informasi-informasi dimana pada saat itu telah terdapat pedagang-pedagang arab yang melakukan aktivitas perdagangannya di kerajaan ini, bahkan mereka memiliki perkampungan-perkampungan kecil sebagai tempat tinggal sementara di pusat kerajaan Sriwijaya. Pendapat lain membuktikan bahwa agama dan kebudayaan islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang islam yang berasal dari Gujarat (india). Hal ini dilihat dari penemuan unsur-unsur islam di Indonesia yang memiliki persamaan dengan india seperti adanya batu nisan yang dibuat oleh orang-orang Kambay, Gujarat. Proses penyiaran agama islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara selain perdagangan, seperti melalui perkawina, politik, pendidikan, kesenian, dan tasawuf sehingga mendukung meluasnya ajaran islam.
a) Perdagangan
Para pedagang islam dari arab, Persia, dan india telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia sejak abd ke-7 M. Hal ini, menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang islam. Disamping berdagang mereka mengajarkan agama dan budaya islam. Proses islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif.
b) Perkawinan
Para pedagang islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama, banyak diantara mereka yang hidup menetap dan mempererat hubungan dengan penduduk pribumi ataupun kaum bangsawan. Jalinan hubungan yang baik ini kadang diteruskan dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan para pedagang islam. Melalui perkawinan inilah lahir seorang muslim sebagai cikal bakal terbentuknya masyarakat muslim dengan kebudayaan islam, sehingga pada suatu saat terbentuknya sebuah kerajaan islam.
c) Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama islam, maka rakyatnya juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan tauladan bagi rakyatnya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka kepentingan politik dilaksanisasinya agama islam, maka kepentingan politiakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama. contoh : sultan demak mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan fatahillah untuk menduduki wilayah jawa barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama islam.
d) Pendidikan
Para ulama, memiliki peranan penting dalam penyebaran agama dan budaya islam. Mereka melakukan siar melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dari pesantren inilah para santri mengembangkan agama islam ke masyarakat dan membangun tempat ibadah. Para santri yang mengikuti pendidikan tidak hanya berasal dari daerah sekitar pesantren, tetapi juga berdatangan dari daerah-daerah yang sangat jauh, seperti Makassar dan Maluku.
e) Kesenian
Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan seperti yang terjadi di Yogyakarta, salo, Cirebon, dan lain-lain. Seni gamelan ini dapat mengundang masyarakat untuk berkumpul dan selanjutnya dilaksanakan dakwah keagamaan. Disamping gamelan juga terdapat seni wayang. Melalui cerita pewayangan, para ulama menyisipkan ajaran-ajaran agama islam, sehingga masyarakat lebih mudah memahaminya.
f) Tasawuf
Para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, seperti ahli dalam menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Penyebaran agama islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga dengan mudah ajaran islam dapat diterima oleh masyarakat.
Melalui berbagai saluran di atas, islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak sekitar abad ke-13 M. Alasannya adalah sebagai berikut:
a. Islam bersifat terbuka, sehingga penyebaran agama islam dapat dilakukan oleh siapa saja atau oleh setiap orang muslim.
b. Penyebaran dilakukan secara damai.
c. Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
d. Upacara-upacara dalam agama islam dilakukan secara sederhana.
e. Ajarannya berupa untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.
Penyebaran agama islam di Indonesia melalui jalur-jalur dan waktu yang berbeda. Hal ini menyebabkan daerah-daerah yang didatanginya juga memiliki kondisi yang berebda. Bahkan menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya ‘’islam dan pembentukan tradisi islam di asia tenggara ‘’ pada buku Tradisi dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara , menyebutkan adanya tiga pola pembentukan budaya dan terlihat dari proses pembentukan Negara sebagai berikut :
Pertama : Pola Samudera Pasai yang berlangsung melalui perubahan dari Negara segmenter ke Negara yang terpusat. Kerajaan tersebut menghadapi golongan-golongan di daerah pedalaman yang harus di is-lamkan dan terjadi pertentangan politik serta pertikaian keluarga. Namun akhirnya kerajaan samudera pasai dapat menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan penyiaran agama yang dilanjutkan oleh kerajaan Aceh Darussalam
Kedua : Pola Sulawesi Selatan, dengan islamisasi melalui konversi pusat kekuasaan konversi agama yang dijalankan dengan pusat kekuasaan yang telah ada terlebih dahulu.
Ketiga : Pola Jawa, dalam pola ini kekuasaan Majapahit digantikan oleh Demak sebagai pemegang kekuasaan politik, sehingga menjadi jembata penyebrangan dari budaya Hindu-Budha menjadi islam. Agama islam disiarkan melalui jalan damai, walaupun konsekuensinya terjadi semacam sinkretisme. Raja diberi gelar baru yaitu Sultan dan Panatagma, sebagai raja dalam kerajaan islam yang mengatur dan melindungi agama.
0 comments:
Post a Comment